Makna Dibalik Tema HJB ke 540, "Abhinaya Satya Lestari"

(Foto: Prokompim Kota Bogor)


Editor: Donni Andriawan S.

KOTA BOGOR, kantorberita.co.id - Tahun ini Kota Bogor genap berusia 540 tahun, tepatnya 3 Juni 2022.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap kali peringatan dan perayaannya selalu mengusung tema yang sarat makna.

Untuk 2022 ini, tema yang diusung adalah "Abhinaya Satya Lestari" dengan masing-masing makna di setiap suku katanya.

Ada pun Abhinaya berarti Semangat, Satya yang berarti Tulus dan Lestari. Sedangkan Lestari mengandung arti Tidak Berubah, Bertahan dan Terus Hidup.

Jadi, secara keseluruhan makna dari tema tahun ini adalah semangat yang tulus untuk menghadirkan program-program berkelanjutan bagi lingkungan agar bumi terus hidup atau lestari dengan huruf dan angka pada logo dibuat menggunakan font bertema aksara.

Berikut secara detail elemen logo dari tema HJB ke 540 berikut maknanya:

Kujang Mata 9

Masyarakat Sunda memandang kujang sebagai refleksi ketajaman dan daya kritis serta lambang kekuatan dan keberanian untuk memperjuangkan hak-hak dan kebenaran.

Sungai

Elemen ini menggambarkan salah satu usaha kebijakan populer yang diputuskan Sri Baduga Maharaja, yaitu menciptakan parit besar yang mengitari Ibu Kota Pajajaran, Pakuan, seperti yang tertulis pada Prasasti Batutulis.

Konon parit ini selain sebagai pengairan persawahan untuk kesejahteraan warga, juga menjadi sarana melindungi area Ibu Kota Pajajaran dari lawannya.

Daun

Makna daun dalam logo ini adalah sebagai simbol hidup harus bekerja sama atau berkolaborasi. Sehelai daun ternyata saling mendukung dengan daun lainnya untuk menjaga keberlanjutan hidupnya.

Bila suatu pepohonan memiliki daun yang rimbun nan hijau, ibarat pohon tersebut hidup dengan baik. Selain itu, daun juga sebagai simbol bahwa Pemkot Bogor sangat peduli dengan isu lingkungan dan program pembangunan yang berkelanjutan.

Mahkota Sri Baduga Maharaja

Mahkota ini terinspirasi dari mahkota Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Dimana beliau telah mewariskan jalan hidup bagi generasi sekarang yang sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Prabu Siliwangi mewariskan prinsip kebajikan yang disebut dengan pakena gawe rahayu (membiasakan diri berbuat kebajikan).

Prinsip ini merupakan jalan menuju kesejahteraan yang hakiki dengan berbuat kebajikan kepada Tanah Air, bangsa, negara, orang tua, guru dan pemimpin.

Beliau juga mewasiatkan prinsip-prinsip kebenaran yang dikatakan dengan pakena kereta bener (membiasakan diri berbuat dalam kebenaran), yakni jalan menuju ketentraman bagi seseorang dalam menjalani hidup dengan tidak melanggar hukum agama, adat maupun hukum negara.

Dalam menegakkan peraturan tersebut dilakukan oleh tindakan dengan memberikan sanksi dan hukuman bagi siapapun yang melanggar peraturan atau ketentuan negara pada waktu itu.

Prinsip hidup lainnya yang tertuang dalam prasasti dan undang-undang yang dibuat pada zaman itu mewakili gambaran bahwa Prabu Siliwangi mengajarkan rakyatnya untuk hidup baik dan benar, menghormati hidup orang lain, tidak berlebihan, dan selalu eling waspada bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Prinsip ini juga sejalan dengan tema HJB 540 Tahun 'Abhinaya Satya Lestari'. (*)

Komentar